Wilayah pesisir Indramayu Jawa Barat dengan panjang garis pantai lebih
kurang 114 km merupakan salah satu daerah pantai utara Jawa Barat yang sangat
strategis dan berkembang dalam aktivitasnya sebagai daerah penyangga kawasan
industri yang mempunyai sumberdaya alam dan jalur infrastruktur
transportasi utama Cirebon ke Jakarta. Wilayah ini sebagai kawasan pantai
dengan panorama indah dan menarik serta sumber biota laut yang melimpah
mempunyai kegiatan ekonomi yang cukup tinggi.
Kegiatan pemanfaatan lahan untuk pertambakan dengan cara pembabatan hutan
lindung, seperti mangrove, telah memacu abrasi pantai makin intensif terutama
hampir di sepanjang pantai perbatasan Jawa Tengah –Jawa Barat sampai daerah
pantai Krawang. Pembukaan hutan lindung ini mengakibatkan kondisi pantai
menjadi tidak stabil terhadap arus pantai. Kondisi ini tentunya akan merubah
aliran arus pantai dan arus ini akan mengikis wilayah yang kurang stabil.
Gambaran umum
Wilayah pesisir Indramayu Jawa Barat dengan panjang garis pantai lebih kurang
114 km merupakan salah satu daerah pantai utara Jawa Barat yang sangat
strategis dan berkembang dalam aktivitasnya sebagai daerah penyangga kawasan
industri yang mempunyai sumberdaya alam dan jalur infrastruktur
transportasi utama Cirebon ke Jakarta. Wilayah ini sebagai kawasan pantai
dengan panorama indah dan menarik serta sumber biota laut yang melimpah
mempunyai kegiatan ekonomi yang cukup tinggi.
Kegiatan pemanfaatan lahan untuk pertambakan dengan cara pembabatan hutan
lindung, seperti mangrove, telah memacu abrasi pantai makin intensif terutama
hampir di sepanjang pantai perbatasan Jawa Tengah –Jawa Barat sampai daerah
pantai Krawang. Pembukaan hutan lindung ini mengakibatkan kondisi pantai
menjadi tidak stabil terhadap arus pantai. Kondisi ini tentunya akan merubah
aliran arus pantai dan arus ini akan mengikis wilayah yang kurang
stabil.
Sedimentasi yang membentuk tanah timbul mengakibatkan kepemilikan tanah yang
tidak legal. Sebaliknya, kerusakan wilayah pantai akibat abrasi pada
daerah-daerah yang kurang stabil terhadap erosi air laut, menyebabkan
lahan menjadi kritis sehingga merusak infrastruktur jalan (Pemda Kabupaten Indramayu,
1995).
Proses erosi pantai (abrasi) di daerah Indramayu berlangsung cukup kuat,
sehingga garis pantai telah mundur jauh dari garis pantai lama dan sudah
mendekati jalan raya Indramayu – Jakarta, yang pada saat ini bersisa jarak
hanya kurang lebih 100 meter dari tepi laut.
Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejalan
dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang surut
dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Perubahan garis pantai juga
terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal
serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan bakau sebagai
penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah
pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan garis pantai.
Daratan dan sedimen pesisir pada dasarnya dinamis bergerak menurut dimensi
ruang dan waktu. Gelombang pecah, arus pasang surut, sungai, tumbuhan pesisir
dan aktivitas manusia merupakan faktor yang menimbulkan perubahan dinamika
pantai untuk membentuk suatu keseimbangan pantai yang baru. Tidak setiap
kawasan pesisir dapat merespon seluruh proses perubahan, tergantung pada
beberapa faktor seperti jenis sedimen, morfologi dan kondisi geologi pantainya.
Gejala perubahan garis pantai perlu mendapat perhatian mengingat berdampak
besar terhadap kehidupan sosial dan lingkungan. untuk mengetahui kemungkinan
pemanfaatan lahan wilayah pesisir Indramayu secara optimal.
Proses Geologi yang sedang berlangsung
Proses-proses geologi yang sedang berlangsung dapat ditafsirkan dari peta
geologi kuarter (Rimbaman, dkk, 2002 dan Suparan, dkk, 2000) antara lain :
a.Proses pembentukan endapan dataran banjir yang menutupi sebagian besar
wilayah bagian utara.
b.Proses pelamparan daratan ke arah laut, diperlihatkan oleh terjadinya endapan
laut muda dan endapan dataran banjir di atas endapan laut, membentuk delta
Sungai Cimanuk.
c.Proses abrasi di daerah pantai Eretan, yang diperlihatkan oleh bentuk garis
pantai dan endapan yang relatif tua, yang tidak tertutupi endapan dataran
banjir.
Perubahan Garis Pantai
Garis pantai pada umumnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu sejalan
dengan perubahan alam seperti adanya aktivitas gelombang, angin, pasang surut
dan arus serta sedimentasi daerah delta sungai. Perubahan garis pantai juga
terjadi akibat gangguan ekosistim pantai seperti pembuatan tanggul dan kanal
serta bangunan-bangunan yang ada di sekitar pantai. Hutan bakau sebagai
penyangga pantai banyak dirubah fungsinya untuk dijadikan sebagai daerah
pertambakan, hunian, industri dan daerah reklamasi yang mengakibatkan
terjadinya perubahan garis pantai.
Perkembangan garis pantai berdasarkan pola sedimentasi di pantai utara Jawa
Barat kemungkinan akan menyebabkan terbentuknya beberapa sumenanjung dan
teluk. Pola sedimentasi mulai dari Cilamaya Pamanukan sampai dengan
Indramayu ditafsirkan berdasarkan data geologi kuarter memperlihatkan adanya
pergerakan maju (progradasi) dan abrasi .
Pantai abrasi di wilayah pesisir pada umumnya mempunyai dampak negatif, karena
mengakibatkan lahan menjadi berkurang, sedangkan pantai akresi mempunyai dampak
positif dan negatif. Dampak positif, adalah semakin bertambahnya lahan tambak
dan lahan pertanian di daerah tersebut. Sedangkan dampak negatif adalah
terjadinya pendangkalan alur sungai yang mengakibatkan kapal-kapal nelayan
kesulitan untuk memasuki sungai. Pendangkalan juga terjadi di laut yaitu
di sekitar dermaga atau pelabuhan yang dapat mengganggu kegiatan kapal
nelayan keluar masuk pelabuhan.
Peta perubahan garis pantai menunjukkan adanya kaitan antara faktor alam
dan tingkah laku manusia setempat sebagai penyebab terjadinya perubahan garis
pantai (abrasi dan akresi), al ini dapat dijelaskan antara lain sebagai
berikut :
1.Sifat dataran pantai yang masih muda dan belum seimbang, di pantai Eretan
yang diperlihatkan oleh bentuk garis pantai. Kondisi lahan sudah mengalami
abrasi mendekati jalan raya Jakarta Cierebon sejauh tinggal beberapa
puluh meter saja dari badan jalan raya.
2.Demikian juga pantai wisata Tirtamaya, memiliki kondisi tegak lurus terhadap
kedatangan angin dan gelombang laut, sehingga banyak bangunan pantai yang
hilang, juga perlindungan pantai yang ada juga sudah mulai terkikis air laut.
3.Kehilangan perlindungan pantai, yaitu hutan bakau yang hilang oleh
terpaan gelombang.
4.Pendangkalan sungai yang mengakibatkan kapal-kapal nelayan mengalami
kesulitan untuk keluar masuk sungai. Penataan DAS di daerah hulu dengan
pemanfaatan lahan tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan pendangkalan di
daerah hilir.
5.Perusakan perlindungan pantai alami akibat penebangan pohon bakau untuk
pembukaan lahan baru sebagai kawasan pertambakan ikan/udang. Pembukaan
lahan ini dilakukan karena tuntutan pengembangan usaha dalam rangka pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.
6.Perubahan keseimbangan transportasi sedimen sejajar pantai akibat pembuatan
perlindungan pantai, seperti pembuatan jetty, pemecah gelombang, pembangunan
pelabuhan di kawasan industri perminyakan Balongan, dengan melalui kegiatan
reklamasi pantai.
Kondisi pantai abrasi dan pantai akresi di daerah pesisir Indramayu (Gambar 2),
pantainya ditempati oleh alluvium, hal ini disebabkan oleh banyaknya sungai
yang bermuara di daerah penelitian. Pada umumnya daerah ini mempunyai daya
dukung terhadap energi gelombang sangat kecil. Proses abrasi di daerah
penelitian terjadi di sepanjang pantai eretan, pada saat ini sudah pada
tingkat penanganan yang serius, mengingat daerah pantai Eretan merupakan daerah
padat dengan berbagai infrastruktur seperti jalan raya pantai utara Jakarta-
Cirebon yang mempunyai jarak dari pantai tinggal beberapa puluh meter saja,
kawasan pemukiman dan rencana pengembangan sarana transportasi. Bangunan
penahan abrasi yang ada sekarang sudah mulai bergerak ke arah darat dan telah
banyak memakan korban seperti rumah penduduk, lahan pertanian dan pertambakan.
Penggunaan Lahan Pantai Abrasi dan Akresi
Secara rinci daerah penggunaan lahan wilayah pesisir pantai Indramayu mempunyai
sifat-sifat lahan sebagai berikut :
1.Lahan hutan bakau/konservasi, bersifat kultural untuk perlindungan dan
pelestarian alam
2.Lahan industri termasuk pertambakan ikan dan udang, karena sifat permukaan
yang datar serta posisi geografi memberikan kemudahan bagi pengembangan
industri. Transportasi barang dan orang melalui air (laut dan sungai) dapat
menekan biaya produksi.
3.Lahan pemukiman, karena perkembangan industri, perdagangan, pertanian dan
kegiatan lainnya akan menarik manusia untuk tinggal menetap dan mencari nafkah.
4.Lahan pertanian, endapan dataran banjir yang menutupinya merupakan endapan
yang subur untuk dimanfaatkan sebagai tanah pertanian.
5.Lahan wisata, sehubungan dengan keindahan alam pantai dan kebutuhan rohani
manusia.
6.Lahan untuk kebutuhan infrastruktur, sebagai akibat pembangunan dan
pengembangan wilayah pesisir.
Secara keseluruhan Rencana Tata Ruang diharapkan dapat mewujudkan
keterkaitan antar kegiatan dengan memanfaatkan ruang dalam kurun waktu 10 tahun
mendatang yang terdiri dari Kawasan Lindung dan Kawasan budidaya.Kawasan
lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya
buatan untuk pembangunan berkelanjutan. Sedangkan kawasan budidaya adalah
kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama membudidayakan berdasarkan keadaan
dan potensi sumberdaya alam dan manusia. Kawasan budidaya meliputi
Kawasan pertanian, Kawasan hutan produksi, Kawasan pemukiman, Kawasan Industri
dan Kawasan wisata.
Pemanfaatan daerah dengan lahan bertambah (akresi) untuk pengembangan
usaha seperti kawasan pertambakan ikan perlu ditata sedini mungkin untuk untuk
mencegah terjadinya konfllik dengan adanya lahan baru/tanah timbul, jika
memungkinkan perlu dibuat Peraturan Pemerintah Daerah tentang penggunaan lahan
baru/tanah timbul di daerah akresi.
Untuk daerah dengan potensi pengembangan rendah dan tidak dipakai sebagai
masukan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah agar dimanfaatkan secara optimal
sesuai peruntukannya bagi kelangsungan hidup masyarakat setempat.
Pengaruh sedimentasi dari sungai akan menyebabkan pendangkalan di sekitar muara
sungai tempat keluar dan masuk kapal nelayan dan menimbulkan penambahan lahan
disekitar sungai.Optimisasi pemanfaatan lahan terutama lahan bertambah maju umumnya untuk
pengembangan usaha industri perikanan seperti pertambakan dan pengembangan
daerah pelabuhan perikanan.